Adab Murid Kepada Guru (Lanjutan)
Adab murid kepada Guru lanjutan dari artikel yang lalu. Artikel tersebut adalah Adab Murid Kepada Guru (1), Adab Memuliakan Guru (2), Adab murid kepada guru (3), Sekaligus mengakhiri artikel tentang adab yang harus dilakukan seorang murid kepada gurunya.
- Perhatikan keadaan gurumu
Memperhatikan keadaan guru merupakan perkara yang penting. Karena mengajar butuh persiapan yang penuh. Jangan bertanya atau meminta belajar ketika kondisi guru tidak siap, semisal sedang sibuk, banyak permasalahan, sedih dan sebagainya.
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Janganlah engkau meminta belajar kepadanya ketika dia sibuk, sedang sedih, kelelahan, dan Iain-lain, karena hal itu akan menyebabkan dia malas untuk menjelaskan pelajaran kepadamu.” (al-Majmu’ 1/86)
- Membela kehormatan guru
Ketahuilah selayaknya bagi siapa saja yang mendengar orang yang sedang mengghibah kehor-matan seorang muslim, hendaklah dia membantah dan menasehati orang tersebut. Apabila tidak bisa diam dengan lisan maka dengan tangan, apabila orang yang mengghibah tidak bisa dinasehati juga dengan tangan dan lesan maka tinggalkanlah tempat tersebut. Apabila dia mendengar orang yang mengghibah gurunya atau siapa saja yang mempunyai kedudukan, keutamaan dan kesholihan, maka hendaklah dia lebih serius untuk membantahnya. (Shohih al-Adzkar 2/832, Adab at-Tatalmudz hal. 33)
- Jangan berlebihan kepada guru
Guru adalah manusia biasa. Tidak harus semua perkataannya diterima mentah-mentah tanpa menimbangnya menurut kaidah syar’iah. Orang yang selalu manut terhadap perkataan guru, bahkan sampai membela mati-matian ucapannya adalah termasuk sikap ghuluw (berlebih-lebihan). Apabila telah jelas kekeliruan guru maka nasehatilah, jangan diikuti kesalahannya.Jangan seorang guru dijadikan tandingan bagi Allah Ta'ala dalam syariat ini. Allah Ta'ala berfirman,
اتَّخَذُواْ أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَاباً مِّن دُونِ اللّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُواْ إِلاَّ لِيَعْبُدُواْ إِلَـهاً وَاحِداً لاَّ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rohib-rohib mereka se-bagai Robb-Robb selain Allah, dan (juga mereka menjadikan Robb) Al-Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Ilah Yang Maha Esa; tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Alloh dari apa yang me¬reka persekutukan. (QS. at-Taubah [9]: 31)
Imam Mawardi rahimahullahmengatakan, “Sebagian para pengikut orang alim berbuat ghuluw kepada gurunya. Hingga menja¬dikan perkataannya sebagai dalil sekalipun sebenarnya tidak bisa dijadikan dalil. Meyakini ucap¬annya sebagai hujjah sekalipun bukan hujjah.” (Adab Dunyahal. 49, Adab at-Tatalmudz hal. 38)
- Bila guru bersalah
Sudah menjadi ketetapan yang mapan bahwasanya tidak ada seorang pun yang selamat dari kesalahan. Salah merupakan hal yang wajar terjadi pada manusia. Rosululloh shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Seluruh bani Adam banyak bersalah. Dan sebaik-baiknya orang yang ba¬nyak bersalah adalah yang bertaubat." (HR. Tirmidzi 2499, Ibnu Majah 4251, Ahmad 3/198, ad-Darimi 273, Hakim 4/244; Lihat Shohih Jami’us Shoghir 4515)
Imam Ibnul Qoyyim berkata, “Barangsiapa yang mempunyai ilmu dia akan mengetahui de¬ngan pasti bahwa orang yang mempunyai kemuliaan, mempu¬nyai peran dan pengaruh dalam Islam maka hukumnya seperti ahli Islam yang lain. Kadang-kala dia tergelincir dan bersalah. Orang yang semacam ini diberi udzur bahkan bisa diberi pahala karena ijtihadnya, tidak boleh kesalahannya diikuti, kedudukannya tidak boleh dilecehkan di hadapan manusia.” (I’lamulMuwaqqi’in 3/295).
Demikianlah beberapa adab murid kepada gurunya. Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu, berhiaskan akhlak yang mulia dan jauh dari akhlak yang rendahan lagi hina. Wallohu a’lam bishawab.