Pemuda Tulang Punggung Bangsa (Refleksi 88 Tahun Sumpah Pemuda)

Hari ini adalah momentum emas bagi pemuda di Republik Indonesia. Betapa tidak, karena hari ini sangat istimewa dalam rangka perjuangan kemerdekaan Negeri tercinta ini. Berawal pada 88 tahun silam, tepatnya 28 Oktober 1928, tercetusnya Konggres Sumpah Pemuda yang dihadiri dari berbagai utusan pemuda seluruh nusantara. Maka seharusnya kita berusaha menjadikan cita-cita Kongres Sumpah Pemuda dengan menguatkan pemahaman bahwa  Pemuda Tulang Punggung Bangsa (Refleksi 88 Tahun Sumpah Pemuda).

Pemuda Tulang Punggung Bangsa (Refleksi 88 Tahun Sumpah Pemuda)

Secara psikis masa muda merupakan masa  yang  penuh  dengan  harapan,  sarat akan cita-cita dan romantika kehidupan yang Paling indah. Keindahan masa muda dihiasi dengan bentuk fisik yang masih kuat, berjalan masih cepat, pendengaran masih akurat, pikiran masih cermat, kulit wajah yang indah mengkilat, walau terkadang banyak berhiaskan jerawat, tapi tidak akan gawat karena masih banyak obat ditoko-toko terdekat.

Masa muda adalah masa yang paling manis, badannya masih atletis , fungsi-fungsi organ tubuhnya masih dinamis, hatinya bersih dan higenis, otaknya cerdas pantastis, penampilannya modis dengan kumis yang tipis, senyumannya manis, perkataanya romantis, sorot matanya tajam bagaikan keris, yang siap merobek hati para gadis hingga mereka terpesona dan menjerit histeris sampai pipis. Oleh karena itu pantas bila para pemuda merupakan salah satu penentu maju dan mundurnya Negara. 

أن فى يد الشبان أمر الأمة وفى أقدامها حيتها

“Sesungguhnya pada tangan-tangan pemudalah urusan umat dan pada kaki-kaki merekalah terdapat kehidupan umat”

Lantas pemuda seperti apakah yang diaharapkan oleh masyarakat yang akan menjadi tulang punggung bangsa dan agama?? Yakni para pemuda yang imannya kuat, akalnya sehat, ilmunya padat, dan amalnya hebat. Dan itulah tipe pemuda yang soleh.

Oleh Karena Itu pada kesempatan yang baik ini saya akan mengangkat sebuah tema yang berjudul generasi muda sebagai generasi penerus bangsa, dengan landasan al-Qur’an.

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar” (QS. Annisa:9)

Oleh karena itu, sudah seyogyanya, bahkan seharusnya bagi kita semua merasa takut, resah dan galau jika meninggalkan anak-anak, keturunan dan generasi yang lemah, manja laksana anak mamah, otaknya payah, semangat kerjanya lemah, akhlaknya sayyiah, orang seperti itu hanya bernilai sampah bahkan tidak mustahil menjadi penghambat terwujudnya baldah yang toyyibah.

Demikian juga janji Allah Ta'ala kepada hambaNYA yang beriman akan dibalas dengan limpahan keberkahan yang bersumber dari langit dan bumi.

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوْاْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَـٰتٍ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلأَْرْضِ وَلَـٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَـٰهُمْ بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ 

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya"(QS. Al-A'raf:96)

Prof. Dr. BJ. Habibi mengatakan setidaknya ada lima kelemahan yang harus kita hindari, yakni lemah harta, lemah fisik, lemah ilmu, lemah semangat hidup, dan yang sangat ditakutkan adalah lemah akhlak. Hadirin jika lima kelemahan ini melekat pada generasi kita, saya yakin mereka bukanlah sebagai pelopor pembangunan melainkan sebagai firus pembangunan, penghambat pembangunan, bahkan penghancur pembangunan.

Padahal hadirin, dinegeri tercinta ini sejarah telah membuktikan sejak masa kebangkitan nasional sampai dengan menjelang detik-detik proklamasi dikumandangkan berbagai organisasi kepemudaan, seperti persatuan pelajar stofia, Trikoro Dharmo, Jong Islamanten Bond bahkan kita mengenal Budi Utomo tokoh pemuda kharismatik, mereka semua telah berhasil menjadi The Founding Father pendiri, penggerak yang mampu merebut kemerdekaan. Jika tanpa peranan generasi muda pada saat itu, maka mustahil Indonesia ini merdeka. Maka tidak salah bapak proklamator Indonesia Ir. Soekarno mengatakan “ Berikan aku seribu pemuda maka aku akan pindahkan gunung, tapi berikan aku sepuluh pemuda yang cinta akan tanah air, niscaya aku akan goncangkan dunia” Sayyidina Umar bin khattab berkata “ Barang Siapa yang ingin menggenggam suatu bangsa maka genggamlah para pemudanya”

Sejarah tersebut telah berhasil mengajarkan kepada kita semua selaku generasi muda saat ini dan yang akan datang agar memiliki semangat juang yang tinggi serta tanggung jawab yang penuh terhadap kelangsungan Nusa Bangsa dan Agama yang kita cintai ini, sebab,

شبان اليوم رجال  الغد  

The Young today is a leader tomorrow pemuda hari ini adalah jago-jagonya pemimpin yang akan datang.

Dengan demikian hadirin, islam tidak mengenal istilah pemuda pengangguran, pemuda mejeng, pemuda nangkring, tapi yang diinginkan oleh islam adalah pemuda-pemuda yang agresif, inopatif, progresif, dan produktif. Dengan demikian, dapat kita fahami apabila kita giat berkerja, rajin berusaha, dan gemar beramal artinya menuju masa depan yang cerah menjanjikan. Namun jika remaja dan pemuda malas berkerja, enggan berusaha, dan tidak mau beramal artinya menuju masa depan yang suram dan mengenaskan. Sebab,

الكسل لا يطعم العسل

“Insan yang pemalas tidak akan merasakan manisnya madu”  melainkan akan tenggelam dalam pahitnya empedu. No again without a paint tiada kebahagiaan tanpa lemah derita, tiada perjuangan tanpa pengorbanan.

Oleh Karena itu, marilah jadikan diri kita menjadi pemuda-pemuda beriman dan teguh pendirian, kuat mempertahankan iman, pemuda-pemuda gagah yang pandai mempertahankan akidah dan pemuda-pemuda idaman pintar membela keyakinan. Pemuda-pemuda yang gagah berani membela kebenaran, yang memiliki etos kerja yang tinggi, intelek, inofatif dan kreatif.

Sebagaimana  Dr. Muhammad Sulaiman al-Asqori dalam zubdat at-Tafsir min Fathil Qadir menjelaskan bahwa bekerjalah sesuai dengan skil masing-masing. Setidaknya ada lima olah yang harus kita kerjakan yakni olah rasa agar iman melekat, olah rasio agar ilmu meningkat, olah raga agar badan sehat, olah usaha agar ekonomi kuat, dan olah kinerja agar produktifitas meningkat. Hadirin jikalau lima potensi ini sudah melakat pada pemuda dan pemudi sebagai generasi bangsa maka generasi penerus bangsa dapat melanjutkan estafet perjuangan yang meraih prestasi gemilang pada masa yang akan datang. Wallahu a'lam

Subscribe to receive free email updates: