Sang Pembuat Undang-undang itu Bernama NURANI
Sang Pembuat Undang-undang itu bernama...Nurani...
Oleh : Rachmatulloh Oky
Undang-undang yg tidak pernah tertulis, tidak pernah terucap oleh para Guru dan mudabir, tidak pernah di perintahkan Kyai, tapi sangat mempengaruhi kehidupan pesantrn utamanya Gontor adalah sebuah Undang-undang yg bermula dari dlamir (Nurani). Bisikan batin yg paling dalam. Inilah yg mengatur dan melipiti kehidupan pesantren. Maka ada berbagai istilah di pesantren berkaitan akan hal ini...
"Mafi dlomir ente" (Ga punya perasaan kamu)
"Ente ta'kul bi dlomir lah" (ente makan pakai perasaan dooong)
"Ente law takallam bi dlomir faqot, la takun mitslu dzalik lah" (ente kalau ngomong pakai nurani lah, jangan kaya gt)"
...dan berbagai istilah lain yg sejenis. Saya sengaja memakai bahasa Gontor dan "meninggalkan" tarkib bahasa yg benar untuk menarik kembali kenangan kita semua akan dlamir ini, sesuai dengan situasi dimana kalimat itu digunakan. Dan setelah ingat, mari kita sejenak merenung, bahwa ternyata dlamir inilah yg mampu mengatur diri kita semua tanpa terasa..
Dlamir ini bisa diterjemahkan nurani. NURANI terambil dari kata NUR (cahaya), maka diartikan bahwa Nurani adalah yg bersifat cahaya, terang, juga menerangi. Maka itu ada berbagai nasehat para ulama bahkan hadits nama yg menyatakan agar kita percaya suara hati kita. Karwna bisikannya suci, jerih, teduh, dan sejuk..
"Sal dlomiroka" (tanyakan kepada hatimu) atau bahkan hadits nabi "istafti qalbaka" (mintalah fatwa kepada nuranimu) adalah diantara yg maksud diatas..
Seorang kyai, makan dengan mengangkat kaki satu. Ini secara agama syah, ndak di hukumi harom, dan tentu saja bisa dilakukan. Tapi dlamir kita semua pasti melarang. Masa ada kyai kok makan angkat kaki satu, ya ndak ngerti adab kyai itu. Inilah dlamir itu, bisikan hati, suara lembut nurani...
Seorang santri, sholat dengan menggunakan kaos saja. Ini syah secara fiqih, tidak mengapa kalau kita lakukan, kita juga tidak berdosa, tapi dlamir Gontory menyatakan bahwa jangan pernah sholat pakai kaos. Atau olah raga pakai sarung. Atau tidur dengan training. Atau santri keliling pondok dengan baju dikeluarkan. Santri atau guru yg rambutnya sudah menyentuh telinga, maka harus dipotong. Padahal nabi tidak pernah melarang umatnya berambut Gondrong asalkan rapi. Tapi itulah dlamir, itulah sapuan nurani, yg bisa membuat kita merasa risih jika melanggarnya..
Jadi tugas pesantren untuk "revolusi mental" salah satunya adalah menjadikan dlamir, nurani para santrinya terbiasa peka dengan lingkungan. Maka dibutalah seperangkat aturan baku pesantren untuk menjadikan itu semua sebagai pijakan bagi nurani untuk berlaku dan berbuat. Para santri dilarang mengeluarkan baju apapun dan bagaimanapun kondisinya. Para santri dilarang melawan guru walaupun sang Guru bersalah. Santri dilarang olah raga bersarung, atau sholat menggunakan training, meskipun itu dilbolehkan dalam fiqih, tapi ada kesepakatan masyarakat lokal yg melarang. Dan Gontor menjaga itu...
Diharapkan, dengan terbiasanya para santri dengan berbagai aturan dan sunnah gontoriyyah itu, kelak ketika mereka kembali kepada masyarakat,maka hatinya sudah terbentuk dan membentuk perilaku para santri sehingga mampu melakukan yg terbaik dengan ukuran dlamirnya. Bukan cuma itu, tapi juga tahu diri. Menghormati tradisi dan budaya masyarakat yg sudah mengakar. Tahu dan mengerti dengan siapa dia bicara. Bahasa yg di gunakan bagaimana, sikapnya seharusnya seperti apa, kesantunannya harus bagaimana, dan bagaimama mengolah rasa dalam menyampiakna maksud dan tujuannya. Karena Gontor sangat memahami, bahwa apa yg akan diterima para santri jika melanggar aturan kesopanan ini di masyarakat, kebih kejam daripada apa yg mereka rasakan sebagai hukuman di Gontor....
Tata aturan pesantren, dibuat bukan sekedar menertibkan perilaku para santri, tapi juga membuat dlamir para santri lebih peka, membuat NURANINYa terasah dan lebih bercahaya dan lebih memberi cahaya...sesuai makna NURANI..yang bersifat seperti cahaya...indah...