Asmaul Husna : Al Akhir
Makna Al-Akhir adalah Dzat yang tiada sesuatu setelah-Nya. Nama Allah Subhanahu wa Taala ini menunjukkan keabadian-Nya dan kekekalan-Nya. Dan ini menunjukkan bahwa Dia merupakan tujuan dan tempat bergantung yang seluruh makhluk menuju kepada-Nya dengan ibadah, harapan, rasa takut dan seluruh keperluan mereka.
Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahu mengatakan,
“Dan janganlah dipahami bahwa ini menunjukkan batasakhir-Nya. Ka rena ada juga hal-hal yang abadi (lainnya) namun berupa makhluk, seperti al-jannah (surga) dan an-nar (neraka). Atas dasar itu, maka Al-Akhir mengandung makna bahwa Ia meliputi segala sesuatu, tiada kesudahan bagi keakhiran-Nya".
Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sadi mengatakan,
"Perhatikanlah makna-makna yang agung ini yang menunjukkan keesaan Rabb Yang Maha Agung dalam hal kesempurnaan dan liputan-Nya yang mutlak. Baik yang berkaitan dengan liputan waktu, yaitu pada nama-Nya Al-Awwal dan Al-Akhir, maupun yang berkaitan dengan tempat yaitu pada nama-Nya Azh-Zhahir dan Al-Bathin".
Ibnul Qayyim menjelaskan,
"Keawalan Allah Subhanahu wa Taala mendahului keawalan segala sesuatu dan keakhiran-Nya tetap setelah keakhiran segala sesuatu. Sehingga makna keawalan-Nya adalah kedahuluan-Nya atas segala sesuatu, dan makna keakhiran-Nya adalah kekekalan-Nya setelah segala sesuatu Poros empat nama ini adalah pada makna liputan, yaitu dua liputan, yang berkaitan dengan waktu dan tempat Maka segala yang mendahului, itu berakhir pada kedahuluan Allah Subhanahu wa Taala, dan segala yang berakhir maka kembali kepada keakhiran Allah Subhanahu wa Taala. Sehingga dua nama tersebut meliputi segala sesuatu yang awal dan akhir… Tiada sesuatu yang awal melainkan Allah mendahuluinya dan tiada sesuatu yang akhir melainkan Allah Subhanahu wa Taala setelahnya. Sehingga Al-Awwal artinya kedahuluan-Nya dan Al-Akhir artinya keabadian-Nya". (Thariqul Hijratain hal. 27)
Konsekuensi Keimanan Hamba Terhadap Nama Al-Awwal dan Al-Akhir Pada jiwa seseorang, dua nama tersebut akan menimbulkan pengaruh sebagaimana yang dikatakan Ibnul Qayyim rahimahullahu,
"Manakala seorang hamba mengimani nama tersebut, maka perhatikanlah buah ibadah dari dua nama ini dan bagaimana keduanya mengharuskan pasrah yang sempurna kepada Allah Subhanahu wa Taala semata, serta membuahkan rasa butuh yang terus menerus kepada Allah Subhanahu wa Taala tanpa selain-Nya, dan bahwa semua urusan bermula dari-Nya dan kembali kepada-Nya". (Thariqul Hijratain, hal. 20)
Wallahu a'lam bishawab.