Pendidikan Karakter Sebagai Peluang Penyempurnaan Manusia
Pendikan karakter seakan sudah menjadi main stream di seluruh wilayah di negeri ini. Hal ini bisa kita amati beberapa tahun terakhir hampir setiap pertemuan ilmiah, seperti diskusi, sarasehan, dan seminar, baik seminar regional, nasional maupun internasional mengambil tema tentang pendidikan karakter. Nampaknya program pendidikan karakter ini masih akan menjadi main stream di masa-masa berikutnya. Hal ini menunjukkan betapa urgensinya mengenai pendidikan karakter bagi warga bangsa ini, sehingga sangat tepat pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional mencanangkan pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional mencanangkan program “Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa” sebagai gerakan nasional. Setelah dicanangkan program ini, beberapa Direktorat Jenderal dengan Direktorat-direktorat yang ada segera menindaklanjuti dengan menyusun rambu-rambu penerapan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Bahkan kementerian-kementerian lainpun tidak ketinggalan juga diberi tugas untuk mengembangkan dan melaksanakan pendidikan karakter di lingkungannya. Di lingkungan Kementerian Pendidikan telah berhasil disusun “Disain Induk Pendidikan Karakter”. Kemudian di Direktorat PSMP, di Puskur juga telah membuat rancangan pelaksanaan dengan mengembangkan sialabus yang dikaitkan dengan nilai-nilai karakter bangsa.
Pendidikan karakter sejatinya merupakan peluang bagi penyempurnaan diri manusia. Pendidikan karakter merupakan proses pendewasaan dan pematangan diri seseorang agar menjadi manusia seutuhnya, manusia yang berkarakter yang terlihat pada kehidupan moral dan kematangan pada setiap diri seseorang warga belajar, sehingga memahami kebaikan, mau berbuat baik dan berperilaku baik sebagai manifestasi dari pribadi yang baik (lih. Warsono, dalam Jumadi (edit), 2010: 35). Pendidikan karakter atau pendidikan moral merupakan proses pembinaan, pembudayaan dan pemanusiaan. Pendidikan karakter akan mengantarkan warga belajar dengan potensi yang dimilikinya dapat menjadi insan-insan yang beradab, dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai kehambaan dan kekhalifahan.
Analog dengan pemahaman tersebut, maka pengembangan pendidikan karakter di sekolah, juga merupakan proses pembinaan, pemberian bimbingan dan fasilitasi kepada peserta didik agar menjadi insan dan generasi muda yang cerdas, terampil, mandiri, berbudi pekerti luhur, beriman dan bertakwa, sebagai manifestasi dari hasil olah pikir, olah hati, olah raga serta olah rasa dan karsa yang telah disebut di muka. Kirsten Lewis (1996:8) menegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya untuk mengembangkan akhlak mulia dan kebiasaan yang baik bagi para peserta didik. Oleh karena itu, institusi pendidikan atau sekolah harus menjadi lingkungan yang kondusif. Sekolah harus menjadi sebuah komunitas dan wahana persaudaraan tempat berkembangnya nilai-nilai kebaikan dan sarana pembiasaan yang baik. Dalam pengembangan pendidikan karakter, guru harus juga bekerja sama dengan keluarga atau orang tua/wali peserta didik. Bahkan menurut Cletus R. Bulach (2002: 80), guru dan orang tua perlu membuat kesepakatan tentang nilai-nilai utama apa yang perlu dibelajarkan misalnya: respect for self, others, honesty; self-control/discipline. Dalam kaitan ini Thomas Lickona (2000 : 48) menyebutkan beberapa nilai kebaikan yang perlu dihayati dan dibiasakan dalam kehidupan peserta didik agar tercipta kehidupan yang harmonis di lingkungan sekolah, dalam keluarga dan masyarakat. Beberapa nilai itu antara lain: kejujuran, kasih sayang, pengendalian diri, saling menghargai/menghormati, kerjasama, tanggung jawab, dan ketekunan.